Dari
hasil browsing, Dra. Clara Istiwidarum Kriswanto, MA, CPBC, psikolog
dari Jagadnita Consulting,
menyebutkan beberapa survei yang bisa membuat banyak orang tercengang, terutama
orang tua (05/09/2011). Dari survei yang dilakukan di Jakarta diperoleh hasil
bahwa sekitar 6-20 persen anak SMU dan mahasiswa di Jakarta pernah melakukan
hubungan seks pranikah. Sebanyak 35 persen dari mahasiswa kedokteran di sebuah
perguruan tinggi swasta di Jakarta sepakat tentang seks pranikah. Dari 405
kehamilan yang tidak direncanakan, 95 persennya dilakukan oleh remaja usia
15-25 tahun. Angka kejadian aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, 1,5
juta diantaranya dilakukan oleh remaja.
Lalu,
polling yang dilakukan di Bandung menunjukkan, 20 persen dari 1.000 remaja
yang masuk dalam polling pernah melakukan, seks bebas. Diperkirakan 5-7
persennya adalah remaja di pedesaan. Sebagai catatan, jumlah remaja di
Kabupaten Bandung sekitar 765.762. Berarti, bisa diperkirakan jumlah remaja yang
melakukan seks bebas sekitar 38-53 ribu. Kemudian, sebanyak 200 remaja putri
melakukan seks bebas, setengahnya kedapatan hamil dan 90 persen dari jumlah itu
melakukan aborsi.
PENYEBAB TERJADI NYA ABORSI MASA KINI
Banyak
faktor yang mendorong para remaja melakukan tindakan aborsi terhadap
kandungannya.Namun, hal yang paling banyak adalah dikarenakan pergaulan bebas
yang dimulai dengan aktivitas “pacaran”. Pada awalnya, perilaku pacaran di
kalangan remaja ini masih dianggap “normal” dan sudah wajar, apalagi jika
dipandang dari sisi psikologis bahwa kebutuhan akan diperhatikan dan
memperhatikan lawan jenis ini mulai nampak sejak menginjak akil baligh. Namun
dengan melihat fenomena yang terjadi pada saat ini, banyak norma-norma yang
telah dilanggar dan seakan-akan para pasangan muda-mudi tersebut telah
menganggap dirinya sebagai pasangan yang abadi. Mulai dari memberikan perhatian
yang berlebihan, seringnya berduaan, saling berkontak secara fisik (sentuhan,
ciuman, maupun berpelukan) hingga berlanjut kepada tindakan asusila, yakni
melakukan hubungan seksual pra nikah. Hal ini bukanlah sesuatu bentuk
kekhawatiran saja, melainkan memang sebuah kenyataan yang terjadi pada
masyarakat kita. Buktinya dapat kita lihat dengan adanya pemaparan hasil survei
dari Jagatnita Consulting tersebut di
atas.
Jika
lebih jauh lagi kita telusuri, sebenarnya pacaran bukanlah satu-satunya
variable atas mencuatnya kasus Aborsi di kalangan remaja. Tapi kontrol keluarga
(orang tua) dan kontrol sosial masyarakat yang pada era modern ini semakin
melemah dan berkurang. Masing-masing menganggap bahwa itu adalah urusan
masing-masing pribadi yang tak boleh dicampurtangani oleh siapapun. Hal ini
cukup memprihatinkan karena memperlihatkan pemikiran warga masyarakat yang
mulai mengerucut pada “individualistis” dan “liberal”. Padahal norma agama
telah jelas memerintahkan untuk mengantisipasi mengenai pergaulan yang bebas di
kalangan manusia, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar