BANJARMASIN, RIMANEWS - Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin merilis fakta mengejutkan seputar pergaulan
bebas di kalangan remaja. Dari laporan unit-unit Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
yang merupakan kepanjangan tangan dari Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja, mulai
tingkat SD hingga SMA se-Banjarmasin, didapat angka-angka yang mencengangkan.
Sepanjang tahun 2011 lalu, tercatat ada 148 kasus seks pranikah, 30 kasus infeksi saluran reproduksi, 30 kasus infeksi menular seksual (IMS), 220 kasus kehamilan tidak diinginkan atau di luar nikah, serta 325 kasus persalinan remaja baik karena menikah di usia dini maupun di luar nikah.
Sepanjang tahun 2011 lalu, tercatat ada 148 kasus seks pranikah, 30 kasus infeksi saluran reproduksi, 30 kasus infeksi menular seksual (IMS), 220 kasus kehamilan tidak diinginkan atau di luar nikah, serta 325 kasus persalinan remaja baik karena menikah di usia dini maupun di luar nikah.
“Kasus tertinggi ada di Kecamatan Banjarmasin Selatan, khususnya
SMP,” ujar Kepala Dinkes Kota Banjarmasin, Diah R Praswasti kepada Radar
Banjarmasin.
Disinggung bagaimana Pemerintah Kota Banjarmasin menyikapi
persoalan ini, ia mengatakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui pembentukan perda yang sekaligus juga ditujukan untuk menekan
kasus HIV AIDS.
“Perda akan memudahkan kami untuk mengupayakan setiap langkah,
misalnya melakukan intervensi ke sekolah dan tempat-tempat yang menjadi
populasi kunci penyebaran HIV AIDS, seperti lokalisasi dan tempat-tempat
hiburan,” jelasnya.
Untuk kasus HIV AIDS sendiri, angkanya juga tak kalah
mengkhawatirkan. Pada tahun 2011, tercatat ada 33 kasus AIDS, tertinggi
dibanding kota dan kabupaten lain di Kalsel. Sedangkan untuk HIV, Banjarmasin
bertengger di posisi ketiga dengan 52 kasus.
“Kasus HIV AIDS seperti fenomena gunung es, di mana untuk satu
kasus yang ditemukan, ada lagi 100 kasus di bawahnya,” tambahnya. Selama ini
sejumlah langkah pencegahan sudah dilakukan, antara lain membuka pelayanan
kesehatan di beberapa hotel dan tempat hiburan, sosialisasi tentang penyakit
HIV AIDS itu sendiri, penyediaan outlet kondom di puskesmas, hotel, dan salon
sesuai kebijakan pemerintah pusat, serta pelayanan klinik IMS yang dipusatkan
di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
Sementara itu, pemerhati pendidikan Karyono Ibnu Ahmad mengatakan
bahwa pergaulan remaja masa kini harus mendapat perhatian lebih besar. Terlebih
zaman sekarang kemajuan teknologi komunikasi yang sangat pesat membuat akses
terhadap pornografi menjadi begitu mudah.
“Kalaupun ada pendidikan tentang seks tapi kalau film-film porno
masih berkeliaran, sementara pengawasan orangtua, guru, dan masyarakat kurang
kan susah. Juga perlu ada sanksi yang tegas untuk anak-anak yang melakukan
pergaulan bebas agar ada efek jera,” katanya.
Sedangkan dosen FISIP Unlam Siswanto Rawali menilai selain perkembangan teknologi komunikasi, pergaulan bebas juga terjadi karena masyarakat semakin individualistis sehingga fungsi kontrol sosial di masyarakat tidak jalan. Hal ini tidak terlepas dari orientasi hidup masyarakat yang kini hanya mementingkan materi.
Sedangkan dosen FISIP Unlam Siswanto Rawali menilai selain perkembangan teknologi komunikasi, pergaulan bebas juga terjadi karena masyarakat semakin individualistis sehingga fungsi kontrol sosial di masyarakat tidak jalan. Hal ini tidak terlepas dari orientasi hidup masyarakat yang kini hanya mementingkan materi.
Ia mencotohkan paradigma guru dalam mengajar yang hanya bersifat
menyampaikan pelajaran dan tidak menyentuh aspek pengembangan karakter dan
kepribadian siswa. Kemudian orang tua yang karena kesibukannya tidak lagi
peduli dengan kehidupan anak-anaknya ditambah lingkungan yang acuh tak acuh.
Pun tokoh-tokoh agama yang dipandangnya banyak tidak
mengaplikasikan isi ceramanya ke dalam tindakan yang lebih kongkret. “Tidak
heran kalau seks bebas marak di kalangan remaja karena lingkungannya memang
mendukung,” tukasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar