Jumat, 30 November 2012


BANJARMASIN, RIMANEWS - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin merilis fakta mengejutkan seputar pergaulan bebas di kalangan remaja. Dari laporan unit-unit Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang merupakan kepanjangan tangan dari Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja, mulai tingkat SD hingga SMA se-Banjarmasin, didapat angka-angka yang mencengangkan.
  
Sepanjang tahun 2011 lalu, tercatat ada 148 kasus seks pranikah, 30 kasus infeksi saluran reproduksi, 30 kasus infeksi menular seksual (IMS), 220 kasus kehamilan tidak diinginkan atau di luar nikah, serta 325 kasus persalinan remaja baik karena menikah di usia dini maupun di luar nikah.
“Kasus tertinggi ada di Kecamatan Banjarmasin Selatan, khususnya SMP,” ujar Kepala Dinkes Kota Banjarmasin, Diah R Praswasti kepada Radar Banjarmasin.
Disinggung bagaimana Pemerintah Kota Banjarmasin menyikapi persoalan ini, ia mengatakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pembentukan perda yang sekaligus juga ditujukan  untuk menekan kasus HIV AIDS.
“Perda akan memudahkan kami untuk mengupayakan setiap langkah, misalnya melakukan intervensi ke sekolah dan tempat-tempat yang menjadi populasi kunci penyebaran HIV AIDS, seperti lokalisasi dan tempat-tempat hiburan,” jelasnya.
Untuk kasus HIV AIDS sendiri, angkanya juga tak kalah mengkhawatirkan. Pada tahun 2011, tercatat ada 33 kasus AIDS, tertinggi dibanding kota dan kabupaten lain di Kalsel. Sedangkan untuk HIV, Banjarmasin bertengger di posisi ketiga dengan 52 kasus.
“Kasus HIV AIDS seperti fenomena gunung es, di mana untuk satu kasus yang ditemukan, ada lagi 100 kasus di bawahnya,” tambahnya. Selama ini sejumlah langkah pencegahan sudah dilakukan, antara lain membuka pelayanan kesehatan di beberapa hotel dan tempat hiburan, sosialisasi tentang penyakit HIV AIDS itu sendiri, penyediaan outlet kondom di puskesmas, hotel, dan salon sesuai kebijakan pemerintah pusat, serta pelayanan klinik IMS yang dipusatkan di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
Sementara itu, pemerhati pendidikan Karyono Ibnu Ahmad mengatakan bahwa pergaulan remaja masa kini harus mendapat perhatian lebih besar. Terlebih zaman sekarang kemajuan teknologi komunikasi yang sangat pesat membuat akses terhadap pornografi menjadi begitu mudah.
“Kalaupun ada pendidikan tentang seks tapi kalau film-film porno masih berkeliaran, sementara pengawasan orangtua, guru, dan masyarakat kurang kan susah. Juga perlu ada sanksi yang tegas untuk anak-anak yang melakukan pergaulan bebas agar ada efek jera,” katanya.
  
Sedangkan dosen FISIP Unlam Siswanto Rawali menilai selain perkembangan teknologi komunikasi, pergaulan bebas juga terjadi karena masyarakat semakin individualistis sehingga fungsi kontrol sosial di masyarakat tidak jalan. Hal ini tidak terlepas dari orientasi hidup masyarakat yang kini hanya mementingkan materi.
Ia mencotohkan paradigma guru dalam mengajar yang hanya bersifat menyampaikan pelajaran dan tidak menyentuh aspek pengembangan karakter dan kepribadian siswa. Kemudian orang tua yang karena kesibukannya tidak lagi peduli dengan kehidupan anak-anaknya ditambah lingkungan yang acuh tak acuh.
Pun tokoh-tokoh agama yang dipandangnya banyak tidak mengaplikasikan isi ceramanya ke dalam tindakan yang lebih kongkret. “Tidak heran kalau seks bebas marak di kalangan remaja karena lingkungannya memang mendukung,” tukasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar